Kamis, 18 November 2021

Sang Mutiara Kehidupan


Malaikat Tak Bersayap itu adalah Ibu. Hatinya selalu tulus dan ikhlas menyayangi dan merawat anak-anaknya. Tetap bertahan menjalani kerasnya hidup tanpa ada sayap yang menopangnya. Tetap terus berjuang bertahan demi anak-anaknya. Mengandung selama sembilan bulan lamanya,  tiada merasa terbebani atau pun lelah menjalani itu semua. Kemudian melahirkan, mengasuh serta merawat buah hatinya. 

Sosok Ibu begitu besar jasanya bagi setiap insan di dunia, bahkan sejak mereka dilahirkan. Kehadirannya bak penenang dalam ruang kebingungan, bak penyemangat dalam keputusasaan, bak penawar dikala rindu. Tidak dapat menggambarkan kasih sayangnya. Air seluas Samudera pun tidak dapat mengukur luasnya kasih sayang seorang Ibu berikan kepada anaknya.

Semua orang pasti memiliki sosok yang sangat penting dalam hidupnya. Seseorang yang selalu memberikan yang terbaik dan sanggup mengorbankan hidupnya demi anak-anaknya.  Yang selalu tiada henti  mendoakan di setiap sujudnya. Tiada kata yang dapat diungkapkan jika menggambarkan sosok seorang Sang Mutiara Kehidupan ini yaitu Ibu, karena tak akan tergantikan oleh apapun. Dialah ibu sang pemilik "Mutiara Hati". Sosok wanita yang indah dan selalu bercahaya menerangi relung hati keluarganya. Ibu adalah seperti permata yang tersembunyi namun indah dibalik penampilannya yang diterpa oleh berbagai ujian kehidupan, tetapi tetap berkilau menyinari disekelilingnya khususnya buah hatinya. Sosok wanita yang beberapa kali disebutkan namanya dalam Al-Qur’an dan dimuliakan di mata Allah SWT. 

Dalam Agama Islam menganjurkan umatnya untuk lebih berbakti kepada ibu, sebab derajatnya tiga kali lebih tinggi daripada ayah. Dalam sebuah hadist, Rasulullah bersabda:

الْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ الأمَّهَات؛ مَن شِئن أدخلن، ومَنْ شِئن أخْرَجن-.

“Surga di bawah telapak kaki ibu. Siapa yang dikehendaki (diridhai) para ibu, mereka bisa memasukkannya (ke surga); siapa yang dikehendaki (tidak diridhai), mereka bisa mengeluarkannya (dari surga).” Dari hadist tersebut, betapa sosok Ibu sangat dimuliakan. Bahkan dalam islam, seorang ibu tetap menjadi tanggung jawab anak laki-lakinya meskipun mereka sudah memiliki keluarga.

Sosok Ibu begitu besar jasanya bagi setiap insan di dunia, bahkan sejak mereka dilahirkan. Kehadirannya bak penenang dalam ruang kebingungan, bak penyemangat dalam keputusasaan, bak penawar dikala rindu. Tidak dapat menggambarkan kasih sayangnya. Tidak pernah mengharapkan balasan apapun atas pengorbanannya. Walau telah dengan bersusah payah membesarkan anak-anaknya. Meskipun begitu banyak ujian, permasalahan hidup yang dihadapi, halangan dan rintangan yang menghadang tetap tidak akan meluluhkan hatinya untuk terus berjuang dan merawat anak-anaknya. Tetap teguh akan cintanya kepada sang buah hati. Seorang ibu rela mengorbankan dirinya demi kebahagiaan anaknya, bahkan sanggup mengorbankan nyawanya demi sang buah hati yang disayanginya dengan penuh kesabaran. 

Ibu adalah Madrasah pertama untuk anak-anaknya. Bersama ibulah seorang anak akan mendapatkan pendidikan pertamanya. Sejak di dalam kandungan ibu telah membisikkan kata-kata indah dan lantunan kalimat suci, kemudian mengajarkan berjalan, berbicara dan menanamkan nilai-nilai moral dan adab sopan santu terhadap orang lain. Dengan sangat sabar ia membimbing anaknya agar tidak salah jalan, menjadikan orang besar di kemudian hari, yang selalu mengingatkan ketika berbuat salah dan selalu tersenyum jika sang buah hati mulai berkembang. Orang yang menerima sang buah hati dengan kekurangan dan kelebihannya.

Setiap orang  memiliki sosok yang dikagumi dan dijadikan panutan dalam hidupnya, begitu juga dengan diriku. Sosok wanita yang hebat itu adalah Ibunda ku Hj. Masrah. Wanita yang terlahir di Barabai, 10 Maret 1929 M dan beliau telah berpulang menghadap Sang Khalik di usia 81 tahun tepatnya di Samarinda, 2 Oktober 2010. Beliau adalah sosok wanita yang kuat dan tangguh. Beliau tidak pernah banyak bicara atau mengeluh. Beliau terus berusaha terlihat sabar dan tegar, dalam keadaan apapun, tidak pernah terlihat rasa lelah dalam hidupnya walaupun harus berjuang sendiri sejak Ayahnda H. Awang Nasir dipanggil oleh Allah SWT pada tanggal 3 Februari 1980,  pada saat Ibunda sedang mengandung diriku, tepatnya kurang lebih 44 hari diriku terlahir kemuka bumi, Ibu melahirkan tanpa didampingi oleh suami yang sudah pergi selamanya menghadap Sang Illahi. Kurang lebih Tiga Puluh tahun lamanya Ibunda berjuang merawat dan membesarkan anak-anaknya yang berjumlah 13 orang secara mandiri, walau tersisa 10 orang. Anak keempat meninggal di usia dewasa, anak ketujuh meninggal di usia 1 Minggu,  sedangkan anak kesebelas meninggal di dalam kandungan. Ibunda yang pada saat itu hanya seorang janda dari pensiunan ABRI dan berjuang sendiri menafkahi, merawat dan membesarkan anak-anak hingga dewasa tanpa dibantu oleh siapapun. Namun, perjuangan beliau tidak sia-sia, anak-anaknya bisa menjadi orang yang sukses semua dan bisa mengharumkan nama keluarga.  Ibunda Hj. Masrah sosok wanita yang kuat dan sabar, di uji atas banyak hal permasalahan hidup dan banyak yang tidak memahami betapa berat hidup beliau, termasuk kami anak-anaknya, tapi Ibunda terus berjuang untuk kami anak-anaknya tanpa pernah mengeluh sedikitpun dan selalu tersenyum dibalik ujian hidup yang mendera.

Ibunda pun dulu pernah bercerita kepada saya, bahwa ketika baru membina rumah tangga, menikah dengan Ayanda H. Awang Nasir, Ibunda sudah pernah hidup di hutan selama Tujuh Bulan lamanya pada tahun 1948 M. Keluar masuk hutan bersembunyi dari kejaran penjajah, sambil ikut bergerilya melakukan perlawanan terhadap penjajah zaman Belanda pada saat itu. Mendampingi Ayanda seorang Tentara Republik Indonesia, salah satu Pejuang Kemerdekaan dari Balangan Kalimantan Selatan.  Walaupun Indonesia sudah Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi tetap saja para penjajah pada saat itu masih berusaha mempertahankan kekuasaannya di daerah, khususnya di Kalimantan Selatan. Hingga tepat pada tanggal 17 Mei 1949, Tentara ALRI  Divisi IV Pertahanan Kalimantan mengikrarkan Proklamasi Kalimantan di Kandangan - Kalimantan Selatan oleh Letnan Kolenel Hasan Basry. Jadi, bisa dikatakan Ibunda adalah sosok pejuang wanita juga yang selama hidupnya terus berjuang sampai akhir hayatnya.


Sungguh besar perjuangan seorang Ibu, begitu pun Ibundaku. Meski tiap hari harus mengurus anak-anaknya yang banyak jumlahnya tanpa dibantu oleh siapapun  dan mandiri berjuang sendiri, bahkan sempat didera ujian, ibu selalu kuat! 

“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang mata” sepenggal lirik lagu tersebut sangat menggambarkan perjuangan seorang ibu yang sungguh luar biasa. Begitu juga dengan ibuku, beliau orang yang kuat, tangguh, mandiri, dan sabar. Sepertinya wejangan nasehat yang selalu  Ibunda ucapkan selalu kepada anak-anaknya, "Sabar itu adalah penghulu dari segala Iman" Bahwa, tidak ada pernah salah atau keliru jika manusia selalu bersabar dan tidak terus mengeluh dalam hidup karena selama masih bernapas, maka selama itu pula manusia akan selalu diuji. 

Jika menengok lagi ke belakang, sejak Abah meninggal, panggilan saya kepada orangtua laki-laki, maka Ibunda pun berjuang sendiri menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, gaji yang didapat dari pensiunan Tentara tentu tidak akan bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ibu pun berjuang bagaimana bisa bertahan hidup dari hari ke hari dengan kemampuan yang beliau punyai. Padahal seharusnya beliau menjadi seorang Guru, karena latar belakang pendidikan Ibunda seorang guru. Namun, sejak menikah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga mendampingi Ayahnda bertugas berpindah-pindah tempat. Hal itu membuat ibuku berusaha sendiri untuk keperluan sehari-hari dengan berjualan makanan-makanan kecil, seperti membuat Kripik, Rempeyek dan lain-lain kemudian dititipkan ke warung di dekat rumah dan kami pun juga membantu meringankan beban ibu dengan membantu memasak dan menjualkan hasil buatan Ibunda. Hasil dari berjualan pun bisa membantu meringankan biaya sekolah pada saat itu. Oleh karena itu, Mama panggilan kesayangan saya kepada Ibunda. Berpesan kepada anak-anaknya, "Kada pa-pa, jika kita hanya bisa makan dengan nasi lawan uyah,  asal bubuhan ikam...bisa be sekolah, makanya bujur-bujur belajar lah nak !". Jika diartikan ke Bahasa Indonesia seperti ini, "Tidak masalah jika hanya bisa kita makan dengan nasi dan garam, asal kalian (anak-anaknya) bisa mengenyam pendidikan atau bersekolah. 

Begitu kuat dan gigih beliua selalu menamamkan kepada anak-anaknya untuk menuntut ilmu dan pendidikan yang layak. Walau untuk mencapai hal tersebut penuh dengan perjuangan. Petuah yang selalu Ibunda ucapkan kepada kami anak-anaknya, " Harta bisa habis walau segunung Emas,  tapi ilmu tidak  akan pernah habis dan akan dibawa sampai mati, jadi mama cuma bisa mewariskan ini saja, maka betul-betul belajar menuntut ilmu". Nasehat beliau yang selalu tertanam dalam otak dan sanubariku begitu juga dengan anak-anaknya yang lain dan alhamdulillah berkat didikan Ibunda kami bisa menjadi orang yang sukses berkat doa dan perjuangan Ibunda tercinta. Rekam jejak perjuangan Ibunda tercinta, saya abdikan melalui foto-foto dokumentasi selama hidup beliau melalui link video YouTube ini  https://youtu.be/EHswoqoPn1M



Dari sepenggal kisah perjuangan seorang Ibunda Hj. Masrah  ini, kita tersadar, bahwa semua wanita itu memang hebat dengan caranya masing-masing. Mungkin para wanita itu lebih lemah secara fisik, tetapi hati wanita bisa jadi lebih kuat. Tidak akan pernah ada jiwa yang terlahir tanpa pengorbanan ibu, tidak akan pernah hadir seorang buah hati yang mungil tanpa perjuangan ibu, dan tidak akan ada generasi penerus bangsa tanpa  nasehat serta bimbingan ibu. Betapa pentingnya kehadiran ibu dalam kehidupan kita, maka dari itu hargailah ibumu selagi dia masih hidup. Ibu laksana cahaya yang berkilau, seperti Mutiara di lautan.  Walaupun akan adanya kegelapan ia tetap akan memancarkan cahaya sendiri. Ibu pasti selalu memikirkan anaknya di setiap detik dalam langkahnya. Ibu adalah Malaikat tanpa sayap yang selalu menjaga serta membimbing kita hingga dewasa tanpa mengeluh. Jangan sampai, ketika sudah dewasa dan berumah tangga, kita melupakannya jasa dan pengorbanannya di setiap titik  peluhnya.




"Sabar Itu Penghulu dari segala Iman"


Samarinda, 18 November 2021

~ Linda Haryati Awang Nasir ~

10 komentar:

LELY SURYANI mengatakan...

Wahhh.. mantap sekali.

I like...

Anonim mengatakan...

3 kali di sebutkan ibu baru di sebut kan nama bapak, maka sudah dipastikan Keutamaan seorang ibu menjadi sosok yang mulia di hadapan Allah SWT. Ibu telah diberikan anugerah untuk mampu meneruskan dan melahirkan keturunan dengan mampu mengandung hingga melahirkan seorang bayi dan itupun masih dipilih oleh Allah karena tidak semua wanita memiliki keistimewaan tersebut, 3 kali di sebutkan berarti memiliki kekuatan 3 kali lebih kuat dari seorang laki laki dalam mengemban dan mengayomi anak anaknya, dan jika anda sekarang telah menjadi kaya, sukses, sehat, sejahtera dan bahagia, maka ingatlah itu karena doa seorang ibu, maka jika anda masih memiliki kesempatan berbuat sesuatu maka lakukanlah yang terbaik, jangan sampai hanya sebuah penyesalan yang akan selalu kita ingat, selamat hari ibu by. Magi Awang Nasir

RUSMANA ST mengatakan...

Iya ,saya setuju dan sependapat "IBU " sosok yang sangat kita hormati 👍

Rasa sorang anak mengatakan...

Kasih sayang ibu bagi saya adalah surga dunia yang mampu membawa kita hingga ke surga akhirat

Muriaihda79 mengatakan...

MasyaAlloh tabarokaLloh...semoga setiap peluh pengorbanan,air mata ibunda kita...menjadikan asbab Alloh ta'alaa ridho kepada mereka dan menempatkan mereka di jannatul'alaa firdaus..Aamiin

Linda Haryati mengatakan...

Terima kasih Bunda Laly 🤗🙏

Linda Haryati mengatakan...

Masya allah ....tabbarallah. Betul sekali Kakaknda. Betapa Allah sangat memuliakan sosok IBU. Syukurlah alhamdulillah kita memiliki sosok Ibunda tercinta seperti beliau. Sosok wnaita yang kuat dan sabar. We proud of her. Al- Fatihah for my beloved mother 🤲😇🥰💖🌹 Terima kasih my brother...sudah meninggalkan rekam jejak digital di tulisan adingmu 🤗😘

Linda Haryati mengatakan...

Betul sekali Pak. Sosok yang kita hormati dan muliakan. Terima kasih Pak Rusmana 🙏😇

Linda Haryati mengatakan...

Betul sekali. Jika ingin mencium bau surga, maka baktilah kepada Ibu. Terima kasih 🙏😇

Linda Haryati mengatakan...

Betul sekali, semoga para Ibunda kita tercinta ditempat di Surga Firdaus semua, Aamiin ya Rabbalamiin 🤲😇. Terima kasih my bestie 😘🤗

Puisi IKN Oleh Linda Haryati

Membiru Langitku di IKN Oleh Linda Haryati Selangkah demi selangkah Jejak langkah kutinggalkan Menampak jejak yang terpatri Di langit biru N...