Kamis, 11 November 2021

Strategi Menangkal Hoax

Guru Motivator Literasi Digital 2

GMLD 2 Resume 5



Di pertemuan pelatihan kelima ini, sebagai narasumber yaitu Ibu Heni Mulyati, M.Pd  Beliau sering menjadi  narasumber dalam berbagai forum seminar, pelatihan, konferensi, dan kursus dan di pandu oleh Moderator Pak Muliadi. Materi pelatihan pada kali ini yaitu membahas tentang Strategi Menangkal Hoaks.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks atau hoax adalah berita bohong atau berita tidak bersumber. Hoaks bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Hoaks ada karena keberadaan internet sebagai media online membuat informasi yang belum terverifikasi benar dan tidaknya tersebar cepat. Hanya dalam hitungan detik, suatu peristiwa sudah bisa langsung tersebar dan diakses oleh pengguna internet melalui media sosial. Pemanfaatan media sosial saat ini berkembang dengan luar biasa. media sosial (medsos) mengizinkan semua orang untuk dapat bertukar informasi dengan sesama pengguna. Perilaku penggunaan media sosial pada masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif, membuat informasi yang benar dan salah menjadi bercampur aduk.


Pada zaman dulu, media sosial tidak sebanyak seperti saat ini, yang sangat beragama. Itu semua karena perkembangan teknologi yang semakin hari, semakin canggih dan maju. Mari kita nostalgia ke era internet belum ditemukan. Media informasi saat itu sangat terbatas. Ada TV, Radio, dan Majalah, Koran. Untuk berkomunikasi pun juga masih sederhana, belum ada yang nama Smartphone. Masih menggunakan telpon kabel, menelpon di Wartel, menggunakan koin/kartu chip telpon untuk menelpon atau menggunakan Pager  yang biasanya dikenal dengan sebutan Starko, merupakan Penyeranta atau radio panggil dan ada juga Pesawat Radio HT atau Walkie Talkie. Surat menyurat pun juga masih sederhana, dikirim melalui post atau menggunakan Kartu Post. Namun, seiring perkembangan zaman, berubah menjadi lebih modern dan canggih. Tapi selalu ada sisi kekurangan dibalik kelebihan seperti layaknya dua sisi mata koin. 


Perkembangan era digital semakin tahun, semakin pesat dan modern. Semua mengalami perubahan.  Siapa pun bisa menjadi pembuat, penyebar, dan pengguna informasi. Dulu semasa kecilnya saya, menonton Televisi masih Hitam Putih, tidak berwarna dan masih TV Tabung dengan Chanel TV nya masih sedikit, tidak sebanyak seperti saat ini. Oleh karena itu, penyebaran informasi pun sangat mudah tersebar dengan cepat dan luas tanpa kita tahu kebenarannya apakah itu Hoaks atau tidak.

Perubahan teknologi juga berdampak pada masifnya informasi yang diterima. Banyak informasi yang beredar di grup percakapan, baik informasi yang serius ataupun tidak serius. Belum lagi banyaknya grup percakapan yang kita ikuti. Bisa jadi bagi beberapa orang situasi ini tidak nyaman. Ketika banyak informasi yang hadir pada satu waktu. 

Ada beberapa situasi yang perlu kita sadari terkait dengan banjirnya informasi ini. Yaitu:
1. Era Post Truth
2. Matinya kepakaran
3. Filter bubble dan echo chamber


✍️ Era post truth ditandai dengan ketika suatu fakta diberikan, seseorang cenderung tidak menerimanya. Hal ini lebih dikarenakan emosi yang dominan dan keyakinan pribadi. Misalkan, kita sudah percaya dengan si A. Ketika si B memberitahu bahwa ada fakta lain tentang A, kita akan menyangkalnya. Kita sudah yakin si A pasti benar dengan apa pun yang disampaikan.

 ✍️ Matinya kepakaran situasi yang perlu kita waspadai. Banyak orang, terutama masa pandemi, memberikan gagasan namun bukan ahli di bidangnya. Misalkan, latar belakang A namun memberikan pandangan tentang bidang lainnya. Atau bukan ahli kesehatan, namun merasa paling tahu bidang kesehatan.

✍️Filter bubble dan echo chamber. Ada hal lain yang perlu kita sadari, kita semua berada di gelembung-gelembung kelompok informasi. Misal, saya akan memblokir orang yang tidak sesuai dengan ide dan pemikiran saya. Dampaknya lingkaran kita terbatas pada orang-orang yang satu ide saja.

Hoaks sendiri dari asalnya sudah digunakan abad ke-17. Asal kata ‘hocus’. Hocus pocus, mirip dengan sim salabim di sulap. Dari sisi pengertiannya, hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar. 


Mengapa masih ada yang percaya hoaks? Banyak alasannya. Ini beberapa di antaranya:
1. Kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata
2. Polarisasi masyarakat
3. Belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan periksa fakta.

Ada banyak alasan seseorang menyebarkan hoaks. Salah satunya motif ekonomi. Ada orang-orang yang membuat situs tertentu yang isinya provokatif. Ketika orang mengunjungi situs tersebut, maka akan mendapatkan keuntungan ekonomi (click bait). Pembuat dapat uang, kita dapat perpecahan, debat, dan sebagainya.

Hoaks dibuat seseorang/kelompok dengan beragam tujuan. Hoaks biasanya muncul ketika sebuah isu mencuat ke permukaan, namun banyak hal yang belum terungkap atau menjadi tanda tanya. Di Indonesia, hoaks mulai marak sejak pemilihan presiden 2014 sebagai dampak gencarnya kampanye di media sosial. 

Hoaks bermunculan guna menjatuhkan citra lawan politik alias kampanye hitam atau kampanye negatif. Tujuan orang membuat hoaks adalah untuk membuat, menggiring, dan membentuk opini publik/persepsi, Untuk bersenang-senang yang menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna internet dan media social, Lelucon/sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi dengan penipuan, ajakan untuk berbuat amalan-amalan baik yang sebenarnya belum ada dalil yang jelas di dalamnya.


Ada tujuh misinformasi dan disinformasi yang dapat disimak pada tautan di bawah ini :
Misinformasi: informasi salah, penyebarnya tidak tahu kalau itu salah. Umumnya tidak disengaja.

Disinformasi ada unsur kesengajaan.
Simak tautan di bawah ini, sumber dari Youtube Mafindo: https://www.youtube.com/watch?v=ojCpsFhmSS0

Berikut ini adalah salah satu contoh hoaks yang bisa kita temukan. Ada yang namanya satire atau parodi, konten palsu, koneksi yang salah.



Untuk mengetahui kebenaran berita tersebut, kita dapat mengecek kebenarannya atau faktanya melalui cara yang terdapat di dalam gambar di bawah ini :



Peran literasi digital sangat penting, karena dengan literasi digital mampu membuat kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi. Literasi digital juga mampu membantu dalam memecahkan masalah, berkomunikasi menjadi lebih lancar, dan juga mampu berkolaborasi dengan lebih banyak orang.

Peran keluarga dalam hal ini adalah mengedukasi dan menjadi contoh dalam proses penyerapan informasi yang beredar luas di dunia maya. Ayah dan Ibu harus menjadi contoh dalam mengidentifikasi manakah berita yang terindikasi hoaks maupun bermanfaat untuk dipahami. Demikian juga masyarakat harus belajar dan memberi edukasi yang penting dengan tidak serta merta menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya dengan bijak. Semboyan “Jempolmu, Harimaumu” kini terasa semakin nyata dalam menyikapi informasi yang beredar di dunia maya.

Lebih "bijaklah" dalam menggunakan media digital khususnya dalam bersosial media. Semua yang kita unggah akan meninggalkan rekam jejak digital kita. Periksa fakta atau kebenarannya. Jika itu benar atau valid dan bermanfaat, maka boleh disebarluaskan.


"Jarimu jangan lebih cepat daripada otakmu. Bijaklah !! "



6 komentar:

Sri Yamini _ Bandung mengatakan...

Luar biasa, Bunda,Semangat untuk menulis

Berbagi Cerita Apasaja mengatakan...

Salam Kenal ..... Semangat
Bu Linda


berkunjung juga yaa, hehehe
https://afniberbagicerita.blogspot.com

Linda Haryati mengatakan...

Aamiin....Doa yang sama juga untuk Ibu Sri. Tetap semangat selalu untuk menulis. Terimakasih Bunda atas supportnya 🙏🤗

Linda Haryati mengatakan...

Terima kasih Ibu Afni. Salam kenal juga. Tetap semangat selalu dalam menulis 🙏😊

indrawahyuddin mengatakan...

Jempol lebih cepat dari pada otak... apa iya? heheheeheh (becanda Bu)

Linda Haryati mengatakan...

Tetap otak yang lebih cepat pak. Ini hanya kalimat kiasan aja untuk "menyidir" orang yang suka asal aja memainkan tuts2 keyboard di HP/Laptop nya untuk menyebarkan hoaks 😊✌️ makanya kita harus lebih hati-hati dan bijak dalam memainkan jari jemari kita dalam bersosmed 😊👌

Puisi IKN Oleh Linda Haryati

Membiru Langitku di IKN Oleh Linda Haryati Selangkah demi selangkah Jejak langkah kutinggalkan Menampak jejak yang terpatri Di langit biru N...